Kemenag Gandeng MUI untuk Perkuat Moderasi Kader Muballigh Nasional 2019
By Abdi Satria
nusakini.com-Jakarta- Kementerian Agama bekerjasama dengan Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar program Penguatan Kader Muballigh Tingkat Nasional Tahun 2019.
Gelaran ini mengusung tema “Moderasi Beragama dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara". Pengkaderan diikuti perwakilan MUI seluruh provinsi di Indonesia. Tiap provinsi mengutus 3 peserta, terdiri dari 2 Muballigh dan 1 Muballighah. Khusus Provinsi DKI Jakarta, ada 7 Peserta, 4 Muballigh dan 3 Muballighah.
“Selamat mengikuti pelatihan muballigh-muballighah. Semoga Allah membimbing, meridhoi setiap langkah kita semua,” kata Staff Ahli Menag Bidang Management dan Organisasi Oman Fathurrahman saat mewakili Menag Lukman Hakim Saifuddin membuka acara yang berlangsung di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kemenag, Jl. MH Thamrin, Jakarta, Rabu (13/03).
Di setiap kesempatan, lanjut Oman, Menteri Agama selalu mengingatkan agar Dai menympaikan esensi agama kepada masyarakat, bukan pemahaman teks agama secara tekstual. Tiga tahun terakhir, Kementerian Agama terus menggelorakan moderasi beragama. Sebab, Indonesia merupakan bangsa yang cukup beragam.
“Beragama di Indonesia ya hakikatnya bernegara, berIndonesia, begitu sebaliknya,” kata Oman mengutip ucapan Menag.
Disampaikan Oman, Kementerian Agama saat ini sedang membuat buku putih moderasi beragama serta modul tanya jawab moderasi beragama. Kedua buku ini nantinya bisa digunakan sebagai rujukan dalam beragama di Indonesia.
Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin menyampaikan, acara ini menjadi bagian dari upaya Kemenag untuk mengakomodir dan optimalisasi gerakan dakwah di Indonesia. Kegiatan yang serupa juga sudah pernah dilaksanakan Kemenag beberapa tahun lalu yang diberi nama PCDMI (Pelatihan Calon Dai Muda Indonesia).
“Sekarang kita ulang kembali dengan Penguatan Kader Muballigh, dan bekerja sama dengan MUI. Ini perdana, dan selanjutnya kita akan mengkader 680 muballigh untuk terus dapat memberikan penguatan moderasi beragama,” kata Muhammadiyah Amin.
Acara ini dirangkai dengan penandatanganan MoU antara Kemenag, MUI, dan KPI. Ketua Bidang Infokom MUI KH Masduki Baidlowi mengaku sudah banyak melakukan kerjasama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tentang pemantauan penyiaran di televisi, radio, dan lainnya.
KH Masduki mengajak KPI terus mengisi konten-konten positif dalam siaran-siaran yang ada. Sesuai tema acara ini, moderasi beragama, maka selaiknya kita senantiasa dapat mengisi konten-konten yang wasathiyyah.
“Indonesia dihuni oleh umat Islam yang berfaham moderat, maka gelombang frekuensi yang tidak moderat selayaknya dapat diredam. Namun, faktanya sekarang tidak seimbang, antara informasi yang wasathiyyah dan yang hoax,” kata Masduki.
Menurut KH Masduki, seorang muballigh harus faham antara hubungan agama dan negara, agar menjadi pertahanan ke depan. Sebab cara kita berislam sudah clear di seluruh organisasi Islam yang ada. “Kita harus lebih baik menyampaikan faham Islam yang wasathiyah,” tambah Masduki.
Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis menyampaikan, MoU yang akan ditandatangani antara Kemenag, KPI dan MUI menunjukkan kewenagan masing-masing, yakni pembinaan dan pemantauan Dai. Kemenag bertugas mensosialisasikan ke masyarakat, MUI memberikan rekomendasi kepada para Dai, dan KPI menyiarkannnya.
Dijelaskan KH Cholil, semua perserta pelatihan muballigh akan dapat sertifikat pelatihan. Namun, untuk sertifikat lulus tidak semua peserta akan mendapatkannya. Pada akhir pelatihan ini, hasil ujian menentukan lulus tidak lulus nya seorang peserta. Yang lulus mendapat jaminan dari MUI, untuk mengisi di lembaga penyiaran di setiap tingkatan. Kalau belum punya sertifikat, muballigh yang mau ngisi ceramah di televisi harus minta rekomendasi dari MUI.
“Ramadhan ini menjadi momentum awal untuk MUI memberikan rekomendasi kepada para Dai,” tandas KH Cholil.
“Materi dalam pelatihan ini ada tentang faham keislaman, kebangsaan, dan metode dakwah. Ketiganya dikolaborasi dalam bentuk kurikulum,” tambah KH Cholil.
Ketua Penyiaran Indonesia Yuliandre Darwis, menyampaikan apresiasi kepada Kemenag yang menjadi lokomotif. KPI juga berterimakasih kepada MUI dalam acara pengkaderan muballigh ini.
“KPI tidak bisa berdiri sendiri. Oleh karenanya, kami sangat berterimakasih atas kerajasama ini,” kata Yuliandre.
Di Indonesia, kata Yuliandre ada banyak lembaga siaran, seperti adanya 1500 radio, 16 jaringan televisi nasional, dan ribuan televisi langganan. Selain itu, ada 8 televisi lokal yang menjadi penyampaian informasi kepada masyarakat dalam membentuk karakter bangsa.
“Setiap Ramadhan kami memberikan siaran Islami,” kata Yuliandre.
KPI berharap forum ini bukan hanya seremonial semata, namun dapat mengawal lahirnya kader muballigh yang dapat memberikan kesejukan bagi masyarakat.
Penguatan Kader Muballigh Tingkat Nasional Tahun 2019 akan berlangsung dari 13-17 Maret 2019. Usai pembukaan, peserta akan bermukim di Hotel Bumi Wiyata, Depok. Pelatihan kader Muballigh ini di pantau oleh 5 orang dari Kemenag, dan 5 orang dari MUI.
Usai pembukaan acara Penguatan Kader Muballigh Tingkat Nasional Tahun 2019 dilakukan penandatangan nota kesepahaman, Kemenag, KPI dan MUI, tentang pemantauan siaran dakwah.(p/ab)